4/30/12

Singapore : a research towards the amenities for pedestrians and cyclists


Seperti telah diketahui, saat ini kota-kota di dunia terus berkembang dan bertambah populasinya. Bahkan telah diprediksikan lebih dari 50% penduduk dunia akan tinggal di perkotaan. Tak heran, kota menawarkan berbagai peluang serta fasilitas yang tidak dapat dinikmati di rural areas. Gedung-gedung pencakar langit, kepadatan tinggi, serta pergerakan manusia yang tinggi sudah menjadi pemandangan di perkotaan. Tingginya aktivitas yang terjadi menimbulkan masalah lingkungan seperti polusi sebagai akibat dari kemacetan. Kendaraan pribadi memang menjadi pilihan utama penduduk untuk mobilitas sehari-hari. Selain praktis, pengemudi juga bisa pergi kemana saja yang diinginkan, ditambah lagi kepemilikan kendaraan menunjukkan tingkat status sosial seseorang.


Studi-studi mengenai pengembangan sistem transportasi perkotaan yang ramah lingkungan kini menjadi isu yang sedang diangkat di kota-kota dunia sebagai dampak dari permasalahan lingkungan yang terjadi karna tingginya mobilitas perkotaan. Baru-baru ini, isu alternatif walking and cycling, menjadi solusi alternatif untuk mobilitas penduduk yang ramah lingkungan. Beberapa penelitian telah dilakukan terkait dengan walking and cycling ini. Salah satunya adalah penelitian ini yang merumuskan pengembangan fasilitas kendaraan tidak bermotor di Singapura dan mendiskusikan perilaku dari pejalan kaki dan pesepeda sehingga dapat ditemukan faktor yang mempengaruhi perilaku pemilihan antara walking or cycling.


Kendaraan tidak bermotor (KTB) dalam penelitian ini terbatas hanya pada sepeda dan jalan kaki saja. Dan KTB ini merupakan moda transportasi yang paling efisien dilihat dari lahan yang terpakai pada saat terparkir. Biasanya satu sepeda setara dengan 4 pejalan kaki. Sementara 1 mobil setara dengan hampir 38 pejalan kaki.



Singapura sendiri saat ini sangat mengandalkan sistem mass transit nya sebagai transportasi publiknya. Dari sejak jaman pembangunan pertamanya, Singapura terus mengembangkan jalur-jalur MRT untuk menjangkau spot-spot di seluruh wilayahnya. Dalam Land Transport Masterplan 2008 bahkan dipertimbangkan untuk mengembangkan jaringan kereta dari semula 137km menjadi 278km di tahun 2020. Untuk mewujudkan sistem transportasi yang terintegrasi, stasiun-stasiun transit dibangun di sekitar lokasi aktivitas retail dan komersial. Perluasan jaringan kereta dan sistem yang terintegrasi ini tentu saja bertujuan untuk meningkatkan penggunaan transportasi publik.

Urban Redevelopment Authority Singapura menyatakan bahwa negara singa ini saat ini sedang mempromosikan green mobility dengan meningkatkan mobilitas melalui transportasi publik, berjalan, dan bersepeda. Selain itu program ini juga diikuti dengan rencana untuk membangun lebih banyak lagi elevated walkways yang tersambung dengan gedung, menyediakan infrastruktur bagi pesepeda seperti jalur sepeda, menginisiasikan sistem hire-ride bicycle stasions di pusat kota, serta menyediakan tempat ganti dan mandi di stasiun transit.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pilihan walking and cycling menuju stasiun transit, disebarlah kuisioner di area stasiun transit pada jam sibuk di sore hari (pukul 5-7) dengan fokus dari stasiun transit tersebut menuju destinasi responden. Pada lembar kuisioner, responden diminta menilai skala 1-4 (tidak penting-sangat penting) pada 12 faktor yang mempengaruhi pemilihan berjalan dan bersepeda, yaitu distance, comfort, rain shelter, stairs, traffict accident risk, detour, crowded walkway/roadway, security, number of road crossing/delay, shop along road, good scenery, dan directional signs. Dari 581 responden kategori pedestrians didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi mereka memilih berjalan adalah rain shelters (3.5), jarak (3.2), dan kenyamanan (3.0). Sedangkan dari 276 responden kategory cyclist didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi mereka memilih bersepeda adalah keamanan (3.5), resiko kecelakaan lalu lintas (3.2), dan kepadatan jalan (3.1). Faktor security yang dipilih menjadi skala tertinggi, tidak mengagetkan. Hal ini karena adanya beberapa kasus pencurian sepeda di tempat parkir yang ada di stasiun transit.

Source : A research paper of  Walking and Cycling for Sustainable Mobility in Singapore by Koh Puay Ping, Wong Yiik Diew, Chandrasekar Palanisamy, and Ho Seng Tim.

No comments:

Post a Comment