Tidak semua kaum miskin perkotaan di Asia tinggal di permukiman kumuh, sebaliknya tidak semua penghuni permukiman kumuh adalah kaum miskin. Namun kualitas permukiman yang buruk dan kurangnya pelayanan dasar di permukiman kumuh menunjukkan dimensi kemiskinan kota dengan sangat jelas.
What is the definition of these?
Sebelum membahas lebih jauh pada permasalahan ini, alangkah lebih baik kita mengetahui perbedaan dari keduanya terlebih dahulu.
Slum atau permukiman kumuh merupakan lingkungan perumahan yang dulunya berkondisi baik namun kemudian menurun dan menjadi daerah berdensitas tinggi.
Permukiman informal atau squatter adalah perumahan dengan kualitas buruk yang dibangun di lahan ilegal.
Kalau saya tidak salah ingat, untuk lebih membedakannya adalah bahwa slum merupakan bagian dari squatter. Jadi, dapat dikatakan bahwa slum sudah pasti squatter, akan tetapi squatter belum tentu slum.
Kalau menurut telaah saya, slum muncul karena tingginya angka urbanisasi. Para imigran ini tidak membawa bekal yang cukup untuk tinggal di kota. Akan tetapi tentu saja kita tidak bisa menyalahkan para imigran ini. Mereka pindah ke kota dengan harapan mendapat pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Namun, kenyataan berkata lain, akses untuk mendapatkan lahan di perkotaan ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Minimnya pendapatan mereka di perkotaan, memaksa mereka untuk tinggal dekat dengan tempat kerja mereka. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya dan waktu yang dihabiskan untuk datang ke tempat kerja, yang biasanya berada di daerah pusat. Namun, faktanya lahan tersebut harganya mahal karena banyak diminati. Akibatnya, mereka akan memilih lahan yang berbahaya dan tidak layak seperti di pinggir sungai, pinggir jalan, jalur kereta api, ataupun di daerah rawan banjir dan longsor. Masalah birokrasi yang ditetapkan pemerintah, semakin memaksa mereka tinggal di daerah ilegal.
Slum in Asia
Angka slum di kota-kota Asia termasuk tinggi daripada kota di benua lainnya. Bahkan di kota-kota seperti Mumbai (India), Manila (Filipina), dan Karachi (Pakistan), permukiman kumuh merupakan rumah bagi lebih dari 50% populasi perkotaan. Negara yang memegang angka slum tertinggi adalah India dan China, di mana kedua negara tersebut memang memiliki populasi yang tinggi.
India menyumbang prosentase 17% dari total dunia. Meskipun India termasuk negara pionir dalam kebijakan-kebijakan serta best practices beberapa tahun terakhir ini di mana berdampak pada kehidupan penghuni slum area, namun nyatanya masih belum mencapai angka yang signifikan untuk mengurangi jumlah slum di negara ini.
Faktanya ternyata, daerah yang sukses mengurangi jumlah slum adalah negara-negara di Asia Tenggara. Salah satunya adalah Thailand. Lalu bagaimana dengan Indonesia?? Dan bagaimana sebenarnya langkah yang tepat untuk mengurangi slum ini? Akan saya bahas di post selanjutnya ya.
No comments:
Post a Comment