Melanjutkan cerita saya tentang bidang keahlian. Seperti yang sudah saya jelaskan di post-an ini http://coratcoretmutia.blogspot.com/2012/02/my-professional-skill.html tentu saja judul penelitian yang saya ajukan tidak jauh-jauh dari tema transportasi. Apalagi setelah tahu bahwa dosen yang akan membimbing mahasiswa dengan judul penelitian tentang transport itu dosen favorit saya, Prof Bambang Hari Wibisono. Semakin semangat lah saya untuk mencari tema penelitian yang menarik dan ehem, mudah.
Pada awalnya, saya berpikiran untuk meneliti tentang trans jogja. Sayang sekali,
sudah terlalu banyak yang meneliti masalah ini. Kemudian, pilihan kedua jatuh pada masalah kemacetan. Tapi kesannya kok rada gimana yaa haha. Walaupun belum ada yang meneliti tentang kemacetan di daerah Godean, yang pada saat itu saya rencanakan sebagai lokusnya, tetapi saya rada kurang sreg sama "kemacetan" ini. Beralih lagilah pikiran saya untuk meneliti hal-hal yang tidak lepas dari transportasi publik perkotaan. Berbekal judul-judul yang berada di digital library, ternyata tetap tidak ketemu. Catatan, di jurusan saya, mahasiswa S1 belum diperbolehkan untuk tugas akhir tentang project. Baru adik angkatan saya, 2009 dan seterusnya, yang saat ini sudah diperbolehkan.
sudah terlalu banyak yang meneliti masalah ini. Kemudian, pilihan kedua jatuh pada masalah kemacetan. Tapi kesannya kok rada gimana yaa haha. Walaupun belum ada yang meneliti tentang kemacetan di daerah Godean, yang pada saat itu saya rencanakan sebagai lokusnya, tetapi saya rada kurang sreg sama "kemacetan" ini. Beralih lagilah pikiran saya untuk meneliti hal-hal yang tidak lepas dari transportasi publik perkotaan. Berbekal judul-judul yang berada di digital library, ternyata tetap tidak ketemu. Catatan, di jurusan saya, mahasiswa S1 belum diperbolehkan untuk tugas akhir tentang project. Baru adik angkatan saya, 2009 dan seterusnya, yang saat ini sudah diperbolehkan.
Kegalauan bertambah saat dikabarkan mahasiswa dengan tema transport berjibun. Hal ini dapat membuka peluang, sebagian akan dialihkan ke dosen lain. Dan, salah satu dosen yang biasa memegang tema transport itu, ehem, Mr you know who-nya PWK UGM. Dosen ini ajaib. Ajaib deh. Ajaib itu susah. Susah itu ajaib. Intinya, jangan sampai skripsi dibimbing sama beliau ini. Sudah cukup mata kuliah Studio Perencanaan saya, dibimbing sama beliau 1,5 tahun ini. 12 sks!!!
Sebenernya saat itu, sudah ada ide melintas di benak untuk meneliti tentang kebijakan yang ditetapkan rektor UGM dalam mewujudkan kampus educopolis. Masalah ini lingkupnya lebih ke campus transport management sih. Jadi, perlahan tapi pasti, semua mahasiswa UGM tidak diperbolehkan untuk membawa kendaraan di lingkungan kampus. Niatnya, saya mau meneliti keefektifan kebijakan awal dengan melarang maba angkatan 2010. Tapi kembali ke kata galau. Kalau saya ambil ni tema, berarti secara tidak langsung saya membuka peluang untuk mendapat dosen pembimbing Mr you know who, yang katanya tahun ini hanya memegang 5 mahasiswa. Cuma 5 sih, berarti peluangnya 5/73. Tapi, kalo saya jadi salah satu dari 5 itu gimana?
Lalu ,muncul strategi untuk mengakalinya dengan mengambil tema transport yang "sulit". Entah pakai istilah-istilah seperti TDM, TOD, bangkitan perjalanan, dsb. Maksudnya, biar dapetnya tetep Prof BHW. Tapi, tetap saja saya masih belum bisa menentukannya. Untung saja tidak jadi mengambilnya, karena penelitian harus tetap berhubungan dengan keruangan. Jadi tidak bisa mengambil tema yang terlalu mengarah ke ranah sipil.
Setelah galau berbulan-bulan, akhirnya beberapa hari sebelum dateline pengumpulan abstrak, saya meneguhkan hati untuk tetap mengambil tema tersebut. Berbekal doa dari saya sendiri, dan tentunya mama, saya mengumpulkan abstrak tersebut dan berharap saya hoki dapet pembimbing Prof BHW. Alhamdulillah, saya dan 10 teman lainnya (sebut saja kesebelasan haha) menjadi mahasiswa bimbingan Prof BHW di seminar perencanaan (pra TA).
Saat bimbingan pertama, saran dari Prof BHW adalah meneliti tentang dampak spasial yang terjadi dari munculnya kebijakan tersebut, dengan tidak lupa ditambah embel-embel bahwa sebenarnya dosen-dosen teknik tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Catatan, Prof BHW ini wakil dekan bidang akademik dan kemahasiswaan fakultas teknik. Jadi, bisa muncul kemungkinan kebijakan tersebut dicabut suatu saat nanti. Bahaya bagi saya, jika pada saat itu skripsi saya belum selesai.
Pada awalnya, saya mau tetep kekeuh sama judul saya itu. Istilahnya udah mantep. Resiko apapun saya jabanin deh! Tapi, realita memupuskan segalanya. Lama-lama saya berpikir bahwa saran yang diutarakan beliau itu sebenarnya bermakna "Jangan ambil tema itu". Catatan, ternyata benar, saat ini saja fenomena yang muncul akibat kebijakan tersebut, yang sebelumnya mau saya teliti, sudah mulai memudar. Mungkin karna pada banyak yang memilih melanggar aturan tersebut apalagi fakultas teknik yang notabene emang masih memakai karcis tak berbayar. Hal ini ditambah, bahwa lingkup penelitian ini terlalu kecil, karena kebijakan itu, dasarnya dari KIK, dan KIK dasarnya dari campus transport management yang bertujuan mewujudkan UGM sebagai kampus educopolis. Kesimpulan, tema saya itu tidak visible!
Muncullah tema mengenai lokasi usaha. Awalnya dihubungkan antara faktor kesuksesan dengan volume lalu lintas yang melintas di ruas jalannya. Setelah melalui beberapa improvisasi isi dari penelitian, akhirnya muncul judul penelitian untuk diujikan di ujian seminar perencanaan "Pengaruh karakteristik lokasi dan volume lalu lintas terhadap kesuksesan usaha kuliner di Kota Yogyakarta". Mantep banget rasanya. Walaupun tahu bahwa dosen pengujinya adalah dosen killer, dengan menyiapkan berbagai argumentasi, saya merasa siap. Modalnya tentu saja senyum dan jawaban iya. hahaha
Ternyata, pada hari ujian, dosen penguji membantah teori yang saya jadikan landasan penelitian ini. Beliau bilang faktor2 tersebut tidak penting, karena yang paling penting itu ada di koki. hahaha. Akhirnya beliau menyarankan untuk memakai metode induktif, dengan menggali faktor apa yang menurut pengusaha kuliner itu penting. Lagi-lagi saya ngeyel. Waktu bimbingan akhir dengan Prof BHW, saya masih mengajukan tema awal dengan memaparkan argumentasi2 saya. Tapi, akhirnya saya mengalah dan mengganti judul dan metode, mengikuti saran dosen penguji. Sebenernya rada aneh, kata temen-temen, dosen yang nguji saya ini sebenernya anti sama yang namanya persepsi. Tapi entah kenapa, malah beliau yang menyarankan persepsi pengusaha dengan berbasis metode induktif. Ya sudahlah, manut wae.
Dengan nurutnya saya ini, saya mengganti judul dengan "Determinan faktor lokasi usaha kuliner di Kota Yogyakarta". Tidak ada yang aneh dari judul saya. Yang aneh adalah judul tersebut ko malah jadi berkaitan sama bidang ekonomi. Tidak ada tuh hubungan sama bidang-bidang yang sebelumnya sudah saya tetapkan sebagai keahlian saya. Ini lah masalah saya sekarang. Bagaimana saya mengaitkan judul saya yang berbasis ekonomi tersebut dengan bidang transport, lingkungan, infras, serta manajemen bencana? Entahlah. Kalau memang sebenarnya bisa dikaitkan, yang jelas untuk saat ini saya tidak menemukan cara mengaitkannya. Semoga di masa yang akan datang, hal ini tidak menyulitkan saya. Any advice??
Sepertinya saya kenal dgn Mr. U Know Who ini. Mungkin beliau menyarankan induksi krn disertasi beliau kalo ga salah induksi, mbk...hehe
ReplyDeleteSepertinya saya kenal dgn Mr. U Know Who ini. Mungkin beliau menyarankan induksi krn disertasi beliau kalo ga salah induksi, mbk...hehe
ReplyDelete